BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan keterampilan termasuk didalam salah satu mata
pelajaran yang diajaran disekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah
atas. Bila kita lihat maksud dan tujuan pendidikan keterampilan membentuk para
siswa mempunyai suatu keahlian, yang tujuan akhirnya dapat dipergunakan untuk
kehidupan dirinya kelak dikemudian hari. Tapi tidak bisa kita pungkiri untuk
saat ini pendidikan keterampilan kurang dikembangkan didunia pendidikan kita
secara maksimal. Pihak pendidikan banyak berorentasi anak didiknya untuk
mencapai nilai-nilai tertinggi didalam mata pelajaran tertentu yang diujikan
secara nasional, padahal secara konsep dasar dunia pendidikan adalah pencapaian
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor.
Sehingga banyak para lulusan teutama tingkat menengah ke
atas bahkan perguruan tinggi setelah menamatkan pendidikan tidak bisa
menciptakan lapangan pekerjaan untuk dirinya sendiri. Mereka berusaha mencari
lapangan pekerjaan baik diinstasi negeri maupun swasta, sehingga terajadi
perlombaan untuk masuk kedua instansi tersebut. Tapi secara jujur daya tampung
untuk keduanya sedikit sekali antara yang diterima dan ditolak dan boleh
dikatakan tidak seimbang, ketidak seimbangannya terlalu jauh akibatnya
menimbulkan pengangguran.
Apalagi di instansi negeri setiap tahun boleh dikatakan
kesenjangan yang diterima dan ditolak semangkin jauh kesenjangannya. Bila boleh
kita ilustarasikan bisa 1 berbanding 100 bahkan lebih antara diterima dan
ditolak banyaklah yang ditolak karena tidak adanya keterampilan dari
individunya masing-masing.
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka saya
merumuskan beberapa masalah yang menjadi pembahasan pada makalah ini, yaitu :
a) Pengertian
dari pendidikan keterampilan
b) Ruang
lingkup dari pendidikan keterampilan
c) Tujuan
serta manfaat dari pendidikan keterampilan.
3. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :
a) Agar
menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pentingnya pendidikan
keterampilan dewasa ini.
b) Agar
membuka pikiran kita, khususnya diri pribadi, agar mempersiapkan diri dengan
pendidikan keterampilan, agar dapat berkompetisi di dunia kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Pendidikan Keterampilan
Meskipun keterampilan telah didefinisikan berbeda-beda,
namun esensi pengertiannya sama. Brolin (l989) mendefinisikan keterampilan
sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk
berfungsi secara independen dalam kehidupan. Pendapat lain mengatakan bahwa
keterampilan adalah kecakapan sehari-hari yang diperlukan oleh seseorang agar
sukses dalam menjalankan kehidupan.
Malik Fajar (2002) mendefinisikan keterampilan sebagai
kecakapan untuk bekerja selain kecakapan untuk berorientasi ke jalur akademik.
Sementara itu Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan
keterampilan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya.
Meskipun terdapat perbedaan dalam pengertian keterampilan,
namun esensinya sama yaitu bahwa keterampilan adalah kemampuan, serta
kesanggupan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan
nikmat dan bahagia.
Oleh karena itu, pendidikan keterampilan adalah, pendidikan
yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta
didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu,
sanggup, dan terampil menjalankan kehidupannya, yaitu dapat menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dengan definisi tersebut, maka
pendidikan keterampilan harus merefleksikan nilai-nilai kehidupan nyata
sehari-hari, baik yang bersifat preservative maupun progresif. Pendidikan perlu
diupayakan relevansinya dengan nilai-nilai kehidupan nyata sehari-hari. Dengan
cara ini, pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual. Tidak akan
mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna
bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseorang dikatakan memiliki
keterampilan apabila yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjalankan
kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi kehidupan
pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan perusahaan,
kehidupan masyarakat, kehidupan bangsa, dan kehidupan-kehidupan lainnya. Ciri
kehidupan adalah perubahan dan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan
untuk menghadapinya.
2. Ruang
Lingkup Pendidikan Keterampilan
Adapun yang menjadi ruang lingkup pendidikan keterampilan
adalah sebagai berikut :
A. Keterampilan
Dasar
Keterampilan dasar ini terdiri dari :
1) Keterampilan
belajar terus-menerus
Keterampilan belajar terus menerus (sepanjang hayat) adalah
keterampilan yang paling penting dibandingkan dengan semua keterampilan
lainnya. Pengetahuan, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan kehidupan
berubah makin cepat sehingga menuntut tamatan sekolah memiliki kemampuan untuk
belajar terus-menerus.
Keterampilan ini merupakan kunci yang dapat membuka
kesuksesan masa depan. Dengan keterampilan ini, tamatan sekolah mudah
menguasai keterampilan-keterampilan lainnya. Karena itu, tamatan sekolah
perlu diberi bekal dasar tentang strategi, metode, dan teknik belajar untuk
memperoleh dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam kehidupannya.
2) Keterampilan
membaca, menulis, menghitung
Tamatan Sekolah diharapkan memiliki keterampilan membaca dan
menulis secara fungsional, baik dalam bahasa Indonesia maupun salah satu bahasa
asing, misalnya bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Arab, Jepang, Mandarin, atau
yang lain. Keterampilan membaca memahami dan menafsirkan informasi tertulis
dalam suratkabar, majalah, jurnal, dan dokumen.
Menulis mengkomunikasikan pikiran, ide-ide, informasi, dan
pesan-pesan tertulis dan membuat dokumen-dokumen seperti surat, arahan,
bimbingan, pedoman kerja, manual, laporan, grafik, dan diagram alir.
Keterampilan menghitung, kemampuan dasar menghitung dan
memecahkan masalah-masalah praktis, dengan memilih secara tepat dari
teknik-teknik matematika yang ada, dengan atau tanpa bantuan teknologi.
3) Keterampilan
berkomunikasi: lisan, tertulis, tergambar, mendengar
Manusia berinteraksi dengan manusia lain melalui komunikasi
langsung, baik secara lisan, tertulis, tergambar, dan bahkan melalui kesan pun
bisa. Mengingat manusia menggunakan sebagian besar waktunya untuk berkomunikasi
dengan orang lain, maka keterampilan berkomunikasi termasuk keterampilan
mendengar harus dimiliki oleh tamatan sekolah.
Suatu studi menyimpulkan bahwa kelemahan berkomunikasi akan
menghambat pengembangan personal dan profesional seseorang. Bahkan para
pebisnis memperkirakan bahwa kelemahan berkomunikasi akan menambah pembiayaan
usahanya akibat kesalahan yang dibuat. Mengingat era globalisasi telah
bergulir, maka penguasaan salah satu bahasa asing (Inggris, Perancis, Arab,
Jepang, Jerman, Mandarin, dsb.) oleh peserta didik merupakan keniscayaan.
4) Keterampilan
berpikir
Tingkat keterampilan berpikir seseorang akan berpengaruh
terhadap kesuksesan hidupnya. Mengingat kehidupan manusia sebagian besar
dipengaruhi oleh cara berpikir, maka peserta didik perlu diberi bekal dasar dan
latihan-latihan dengan cara yang benar tentang keterampilan berpikir deduktif,
induktif, ilmiah, kritis, nalar, rasional, lateral, sistem, kreatif, eksploratif, discovery,
inventory, reasoning, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah.
Selain itu, peserta didik harus diberi bekal dasar tentang kecintaan terhadap
kebenaran, keterbukaan terhadap kritik dan saran, dan berorientasi
kedepan.
5) Keterampilan
kalbu: iman (spiritual), rasa dan emosi
Memiliki keterampilan kalbu yang baik, merupakan aset
kualitas batiniyah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa.
Keterampilan kalbu yang terdiri dari iman (spiritual), rasa, dan emosi
merupakan unsur-unsur pembetuk jiwa selain akal.
Pada dasarnya, jiwa merupakan peleburan iman, rasa, emosi,
dan akal. Jiwa merupakan sumber kekuatan dan kendali bagi setiap manusia
dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi. Bahkan, baik buruknya
suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh baik buruknya kalbu bangsa yang
bersangkutan. Erosi kalbu akan berpengaruh sangat dahsyat karena apapun
tingginya derajad berpikir seseorang, tetapi jika tidak dilandasi oleh moral,
spiritual dan emosional yang baik, hanya kehancuran yang terjadi. Untuk
itu, peserta didik perlu diberi bekal dasar dan latihan-latihan dengan cara
yang benar tentang keterampilan moral, emosional dan spiritual.
Integritas, kejujuran, solidaritas, kasih sayang pada orang lain, kesopanan, disiplin
diri, menghargai orang lain, hak asasi, kepedulian, toleransi, dan tanggung
jawab.
6) Keterampilan
mengelola kesehatan badan
Di mana terdapat kesehatan badan, di situlah terdapat
kesehatan jiwa. Manusia diciptakan oleh-Nya dengan martabat tertinggi sehingga
yang bersangkutan harus memelihara kesehatan dirinya lebih baik dari pada
memelihara barang-barangnya. Oleh karena itu, peserta didik sudah
selayaknya diberi bekal dasar tentang pengelolaan kesehatan badan agar yang
bersangkutan memiliki kesehatan badan yang prima, bebas penyakit, dan memiliki
ketahanan badan yang kuat. Berolahraga secara teratur, makan yang bergizi
dan bervitamin, menjaga kebersihan, dan beristirahat cukup merupakan pendidikan
keterampilan mengelola kesehatan badan yang harus diterapkan dalam kehidupan
peserta didik.
7) Keterampilan
merumuskan keinginan dan upaya-upaya untuk mencapainya
Dua hal yang karakteristik sifatnya dalam kehidupan adalah:
(1) adanya keinginan baru, dan (2) upaya-upaya yang diperlukan untuk mencapai
keinginan baru tersebut. Keterampilan merumuskan dua hal yang
karakteristik ini merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang.
Dalam kehidupan banyak dijumpai orang-orang yang kurang mampu merumuskan tujuan
hidup yang realistik, dan kalaupun tujuan yang dirumuskan cukup realistik,
tidak jarang pula upaya-upaya yang ditempuh kurang sesuai. Keterampilan
semacam ini perlu diajarkan kepada peserta didik agar yang bersangkutan mampu
menjalani kehidupan secara realistis.
8) Keterampilan
berkeluarga dan sosial
Peserta didik hidup dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Dalam keluarga, siswa tersebut berinteraksi dengan ayah, ibu,
dan saudara-saudaranya. Peserta didik harus memahami, menghayati, dan
menerapkan nilai-nilai kasih sayang, kesopanan, toleransi, kedamaian, keadilan,
respek, kecintaan, solidaritas, dan tatakrama sebagai anak terhadap kedua orang
tuanya maupun sebagai saudara terhadap saudaran-saudaranya.
Dalam sekolah, peserta didik harus memahami, menghayati, dan
menerapkan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolah. Dalam masyarakat,
peserta didik harus memahami, menghayati dan menerapkan nilai-nilai sosial
sebagai berikut: menjunjung tinggi hak asasi manusia, peduli terhadap
barang-barang milik publik, kerjasama, tanggungjawab dan akuntabilitas sosial,
keterbukaan, dan apresiasi terhadap keanekaragaman. Peserta didik harus
mampu berkomunikasi, baik secara verbal maupun non-verbal.
Kelancaran berkomunikasi, selain memperbanyak kawan, juga
untuk memupuk kesehatan mental. Karena peserta didik hidup dalam
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, maka dia harus memiliki
kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.
B. Keterampilan
Instrumental
Keterampilan Instrumental ini terdiri dari :
1) Keterampilan
memanfaatkan teknologi dalam kehidupan
Teknologi telah merambah ke segala kehidupan dan merupakan
alat penggerak utama kehidupan. Bahkan keunggulan teknologi merupakan
salah satu faktor daya saing yang ampuh. Salah satu faktor yang membuat
negara berkembang tertinggal dengan negara maju adalah ketertinggalan
teknologi.
Generasi muda harus diberi bekal agar mengapresiasi
pentingnya teknologi bagi kehidupan dan mempersiapkannya untuk mempelajari dan
mengembangkan teknologi yang ada. Mereka harus dididik bagaimana bekerja
dengan jenis-jenis teknologi dan disiapkan agar mereka memiliki kemampuan
memanfaatkan teknologi dalam berbagai kehidupan (pertanian, perikanan,
peternakan, kerajinan, kerumahtanggaan, kesehatan, komunikasi, industri,
perdagangan, kesenian, pertunjukan, olah raga, konstruksi, transportasi, dan
perbankan). Peserta didik perlu dibekali cara-cara memilih teknologi,
menggunakannya untuk tugas-tugas tertentu dan cara-cara memeliharanya.
2) Keterampilan
mengelola sumber daya
Peserta didik perlu diberi bekal tentang arti, tujuan, dan
cara-cara mengidentifikasi, mengorganisasi, merencanakan, dan mengalokasikan
sumber daya. Lebih spesifiknya, siswa perlu dilatih: (1) mengelola sumber
daya alam; (2) mengelola waktu; (3) mengelola uang, dengan melatih mereka
membuat rencana teknis dan anggaran, penggunaannya, dan membuat
penyesuaian-penyasuaian untuk mencapai tujuan; (4) mengelola sumber daya ruang,
(5) mengelola sumber daya sosial-budaya, (6) mengelola peralatan dan
perlengkapan, dan (7) mengelola lingkungan.
3) Keterampilan
bekerjasama dengan orang lain
Kehidupan, baik perusahaan, bank, pendidikan, maupun yang
lain, yang akan dimasuki oleh tamatan sekolah kelak pada umumnya bersifat
kolektif. Tamatan Sekolah hanyalah merupakan bagian dari kehidupan
tersebut. Mereka nantinya harus bisa bekerjasama secara harmonis dengan
orang lain. Karena itu, sejak dini mereka perlu diberi bekal dan
latihan-latihan yang dilakukan secara benar tentang cara-cara bekerjasama,
menghargai hak asasi orang lain, pentingnya kebersamaan, tanggungjawab, dan
akuntabilitas perbuatan, keterbukaan, apresiasi keanekaragaman, kemauan baik
yang kreatif, kepemimpinan, manajemen negosiasi, dan masih banyak hal-hal lain
yang perlu diajarkan.
4) Keterampilan
memanfaatkan informasi
Saat ini dan lebih-lebih di masa mendatang, informasi akan
mengalir secara cepat dan deras dalam berbagai kehidupan. Siapa yang
tertinggal informasi akan tertinggal pula dalam kehidupannya. Jadi,
informasi sudah merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada
kehidupan seseorang. Untuk itu, peserta didik perlu dibekali cara-cara
mendapatkan dan memanfaatkan aneka ragam informasi yang ada. Mereka harus
dididik cara-cara mendapatkan dan mengevaluasi informasi, mengorganisasi dan
memelihara informasi, menafsirkan dan mengkomunikasikan informasi, dan
menggunakan komputer untuk mengolah data agar menjadi informasi.
5) Keterampilan
menggunakan sistem dalam kehidupan
Kehidupan diciptakan oleh-Nya dalam serba sistem. Oleh
karenanya, jika ingin mengenali hakikat (kebenaran seutuhnya) segala yang ada
dalam kehidupan, harus mengenali sampai pada sistemnya. Mengenali sampai
pada sistemnya ditempuh melalui perbuatan berpikir sistem. Berpikir
sistem adalah berpikir membangun keberadaan hal menurut kriteria sistem.
Sistem adalah kumpulan proses berstruktur hirarkis yang terikat pada
tujuan. Peserta didik perlu memahami, menghayati, dan menerapkan sistem
dalam kehidupannya. Mereka perlu diberi bekal dasar tentang cara berpikir,
cara mengelola, dan cara menganalisis kehidupan sebagai sistem. Mereka
harus memahami cara kerja sistem-sistem kehidupan seperti misalnya bank,
perusahaan, sekolah, pertanian, peternakan, dan keluarga. Bahkan, dirinya
sebagai sistem harus dikenalinya secara baik.
6) Keterampilan
berwirausaha
Keterampilan berwirausaha adalah keterampilan memobilisasi
sumber daya yang ada di sekitarnya, untuk mencapai tujuan organisasinya atau
untuk keuntungan ekonomi. Siswa harus dibekali keterampilan berwirausaha.
Kewirausahaan memiliki ciri-ciri: (1) bersikap dan berpikir mandiri, (2)
memiliki sikap berani menanggung resiko, (3) tidak suka mencari kambing hitam,
(4) selalu berusaha menciptakan dan meningkatkan nilai sumber daya, (5) terbuka
terhadap umpan balik, (6) selalu ingin perubahan yang lebih baik, (7) tidak
pernah merasa puas, terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi
perbaikan selanjutnya, dan (8) memiliki tanggung jawab moral yang baik.
7) Keterampilan
kejuruan, termasuk olahraga dan seni (cita rasa)
Tidak semua peserta didik menyukai keterampilan berpikir,
sebagian dari mereka menyukai keterampilan-keterampilan kejuruan seperti
misalnya pertanian, peternakan, kerajinan, bisnis, boga, busana, industri,
olahraga, dan kesenian (seni kriya, seni musik, seni tari, seni lukis, seni
suara, seni pertunjukan, dan sebagainya). Juga, tidak semua peserta didik
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan karenanya perlu diberi bekal
keterampilan kejuruan agar mereka memiliki kemampuan untuk mencari
nafkah. Lebih-lebih bagi peserta didik yang berasal dari kalangan
marginal secara ekonomi-sosial, maka dapat dipastikan bahwa mereka tidak akan
melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi dan mereka akan terjun dalam
kehidupan. Untuk itu, mereka jelas membutuhkan keterampilan kejuruan yang
secara praktis dapat digunakan untuk mencari nafkah.
8) Keterampilan
memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir
Setiap tamatan Sekolah kelak berharap memiliki karir yang
sesuai dengan potensi dirinya dan sesuai dengan peluang yang ada. Selain
itu, karir yang dimiliki diharapkan dapat memberikan penghargaan yang
layak. Untuk sampai pada harapan tersebut, peserta didik perlu dikenalkan
tentang potensi dirinya, jenis-jenis karir yang ada dalam kehidupan, persyaratan
untuk memasuki jenis karir tertentu, dan disiapkan agar kelak setelah lulus
sekolah mampu memilih, menyiapkan, dan mengembangkan karir yang sesuai dengan
potensi dirinya.
9) Keterampilan
menjaga harmoni dengan lingkungan
Peserta didik hidup dalam lingkungan nyata dan lingkungan
maya sekaligus. Lingkungan nyata berupa fisik yang dapat dirasakan oleh
panca indera, seperti tanah, air, dan udara. Terhadap lingkungan fisik,
peserta didik harus mampu menjaga kesehatan dirinya (kebersihan, ketegaran
badan) dan keharmonisan dengan alam sekitarnya (memelihara lingkungan).
Lingkungan maya, adalah suasana sosial yang dapat ditangkap oleh otak dan
dirasakan oleh hati. Terhadap lingkungan maya, peserta didik harus mampu
menjaga keharmonisan dengan masyarakat di sekitarnya.
10) Keterampilan menyatukan bangsa
berdasarkan nilai-nilai Pancasila
Negara Kesatuan Repuplik Indonesia terdiri dari
keanekaragaman / kebhinekaan dalam suku, agama, ras, dan asal-usul tetapi harus
tetap menjadi satu (bhineka tunggal ika). Untuk mencapai bhineka tunggal
ika diperlukan upaya-upaya nyata. Peserta didik perlu diberi bekal
kemampuan mengintegrasikan kebhinekaan bangsa berdasarkan nilai-nilai
Pancasila.
3. Tujuan Dan
Manfaat Pendidikan Keterampilan
A. Tujuan
pendidikan keterampilan
Seperti juga pada pengertian keterampilan, tujuan pendidikan
keterampilan juga bervariasi sesuai dengan kepentingan yang akan
dipenuhi. Naval Air Station Antlanta menuliskan bahwa tujuan pendidikan
keterampilan adalah:
To promote family strength and growth through education; to
teach concepts and principles relevant to family living, to explore personal
attitudes and values, and help members understand and accept the attitudes and
values of others; to develop interpersonal skills which contribute to family
well-being; to reduce marriage and family conflict and thereby enhance service
member productivity; and to encourage on-base delivery of family education
program and referral as appropriate to community programs.
Untuk meningkatkan jumlah anggota dan perkembangan melalui
pendidikan; dan untuk mengajarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
relevan pada kehidupan keluarga; dan untuk meneliti sikap dan nilai-nilai
pribadi, dan membantu anggota mengerti dan menerima nilai dan sikap tersebut
satu sama lain; dan untuk mengembangkan kemampuan antar pribadi yang
mengkonstribusikan pada kesejahteraan keluarga, dengan cara demikian, hal itu
meningkatkan pelayanan produktivitas anggota; dan untuk mendorong angka
kelahiran yang berdasarkan program pendidikan keluarga; dan semestinya program
tersebut mengacu kepada komunitas.
Sementara itu, Tim Broad-Based Education Depdiknas
mengemukakan secara umum pendidikan yang berorientasi pada keterampilan
bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai dengan fitrahnya, yaitu mengembangkan
potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya dimasa yang akan
datang, secara khusus pendidikan yang berorientasi pada keterampilan bertujuan
untuk:
a) Mengaktualisasikan
potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang
dihadapi,
b) Memberikan
kesempatan kepada sekolah untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel,
sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan
c) Mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya di lingkungan sekolah, dengan memberi peluang
pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat, sesuai dengan prinsip manajemen
berbasis sekolah.
Dari hasil rumusan tujuan pendidikan keterampilan, yang
ditulis oleh Naval Air Station Antlanta dan Tim Broad Based Education
Depdiknass, lebih spesifik Slamet PH merumuskan tujuan pendidikan keterampilan,
dapat dikemukakan sebagai berikut.
a) Memberdayakan
aset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan lahiriyah peserta didik melalui
pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengamalan (patos) nilai-nilai
kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup
dan perkembangannya.
b) Memberikan
wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang dimulai dari pengenalan
diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir.
c) Memberikan
bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai
nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik untuk
berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi
sekaligus.
d) Mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya sekolah melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah
dengan mendorong peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi stakeholders, dan
fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah.
e) Memfasilitasi
peserta didik dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi
sehari-hari, misalnya kesehatan mental dan fisik, kemiskinan, kriminal,
pengangguran, lingkungan sosial dan fisik, narkoba, kekerasan, dan kemajuan
ipteks.
Meskipun sangat bervariasi dalam menyatakan tujuan
pendidikan keterampilan, namun dari pernyataan tersebut, konvergensinya sudah
begitu jelas bahwa tujuan utama pendidikan keterampilan adalah menyiapkan
peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga
kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang, serta esensi dari
pendidikan keterampilan adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan
nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif.
B. Manfaat
pendidikan keterampilan
Secara umum manfaat pedidikan berorientasi keterampilan bagi
peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problem
hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyrakat, maupun
sebagai sebagai warga Negara.
Lebih jauh lagi Slamet PH memberikan diskripsi tentang
memfaat dari pendidikan yang berorientasi kepada keterampilan sebagai
berikut. Pertama,peserta didik memiliki aset kualitas batiniyah,
sikap, dan perbuatan lahiriyah yang siap untuk menghadapi kehidupan masa depan
sehingga yang bersangkutan mampu dan sanggup menjaga kelangsungan hidup dan
perkembangannya. Kedua, peserta didik memiliki wawasan luas
tentang pengembangan karir dalam dunia kerja yang sarat perubahan yaitu yang
mampu memilih, memasuki, bersaing, dan maju dalam karir. Ketiga, peserta
didik memiliki kemampuan berlatih untuk hidup dengan cara yang benar, yang
memungkinan peserta didik berlatih tanpa bimbingan lagi. Keempat, peserta
didik memiliki tingkat kemandirian, keterbukaan, kerjasama, dan akuntabilitas
yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Kelima, peserta
didik memiliki kemampuan dan kesanggupan untuk mengatasi berbagai permasalahan
hidup yang dihadapi.
Dari berbagi rumusuan di atas, baik yang dideskripsikan oleh
Tim Broad Based Education Depdiknas maupun dari Slamet Ph, esensi
dari Pendidikan keterampilan, mampu memberikan manfaat pribadi peserta
didik dan manfaat sosial bagi masyarakat. Bagi peserta didik, pendidikan
keterampilan dapat meningkatkan kualitas berpikir, kualitas kalbu, dan kualitas
fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat
meningkatkan pilihan-pilihan dalam kehidupan individu, misalnya karir,
penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan jasmani dan rohani, peluang,
pengembangan diri, kemampuan kompetitif, dan kesejahteraan pribadi. Bagi
masyarakat, pendidikan keterampilan dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan
madani dengan indikator-indikator yang ada: peningkatan kesejahteraan sosial,
pengurangan perilaku destruksif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah
sosial, dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan
nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni.
Pendidikan keterampilan memang bukan sesuatu yang
baru. Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan berfikir
bahwa relevansi antara pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata perlu
ditingkatkan intensitas dan efektivitasnya. Karena itu, yang diperlukan
adalah membawa sekolah sebagai bagian dari masyarakat dan bukannya menempatkan
sekolah sebagai sesuatu yang berada di masyarakat. Pendidikan harus
merefleksikan nilai-nilai kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat preservatif
dan progresif. Sekolah harus menyatu dengan nilai-nilai kehidupan nyata
yang ada di lingkungannyadan mendidik peserta didik sesuai dengan tuntutan
nilai-nilai kehidupan yang sedang berlaku. Ini menuntut proses belajar
mengajar dan masukan instrumental sekolah seperti misalnya kurikulum, guru,
metodologi pembelajaran, alat bantu pendidikan, dan evaluasi pembelajaran
benar-benar realistik, kontekstual, dan bukannya artifisial.
Jika hal itu dapat dicapai, maka faktor ketergantungan pada
lapangan pekerjaan yang sudah ada, sebagai akibat dari banyaknya pengangguran,
dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara
bertahap.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pendidikan keterampilan adalah pendidikan kemampuan, serta
kesanggupan yang diperlukan oleh seseorang untuk menjalankan kehidupan dengan
nikmat dan bahagia. Pada dasamya, pendidikan keterampilan adalah pendidikan
yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta
didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu,
sanggup dan terampil menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan
hidup dan perkembangannya. Keterampilan dapat dipilah menjadi dua kategori,
yaitu kecakalpan hidup yang bersifat dasar dan instrumental. Kecakapan dasar
bersifat universal dan berlaku sepanjang zaman, dan kecakapan instrumental
bersifat relative, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan
ruang, waktu, dan situasi.
2. Saran
Pendidikan keterampilan memang bukan sesuatu yang baru.
Yang benar-benar baru adalah bahwa kita mulai sadar dan berfikir bahwa
relevansi antara pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata perlu
ditingkatkan intensitas dan efektivitasnya. Karena itu, yang diperlukan adalah
membawa sekolah sebagai bagian dari masyarakat dan bukannya menempatkan sekolah
sebagai sesuatu yang berada dimasyarakat. Pendidikan harus merefleksikan
nilai-nilai kehidupan sehari-hari, baik yang bersifat preservatif dan
progresif. Sekolah harus menyatu dengan nilai-nilai kehidupan nyata yang ada di
lingkungannya dan mendidik peserta didik sesuai dengan tuntutan nilai-nilai
kehidupan yang sedang berlaku. Ini menuntut proses belajar mengajar dan masukan
instrumental sekolah seperti misalnya kurikulum, guru. Metodologi pembelajaran,
alat bantu pendidikan, dan evaluasi pembelajaran benar-benar realistik,
kontekstual, dan bukannya artifisial.
DAFTAR PUSTAKA
M. Fudholi. 2012. Konsep Pendidikan Berbasis Kecakapan.
(Online). Diakses pada tanggal 16 Juli 2014.
Anonym. 2012. Pengertian Keterampilan. (Online).
Diakses pada tanggal 16 Juli 2014.
Rulam. 2009. Pendidikan Kecakapan Hidup : Konsep Dasar.
(Online). Diakses pada tanggal 16 Juli 2014.
Sudirman. 2011. Pendidikan Keterampilan. (Online).
Diakses pada tanggal 16 Juli 2014.
warnet178meulaboh.blogspot.com (Diakses pada tanggal 14 Februari 2016)
No comments:
Post a Comment
Salam kenal!